KEHIDUPAN DI AWAL DUNIA
WAKTU PENCIPTAAN MENURUT AL QURAN
Ibnu Abbas ra mengatakan, “Tatkala Allah
berkehendak menciptakan bumi, Dia menyuruh semua angin untuk bergejolak.
Angin-angin itu bergejolak sehingga air pun bergejolak dan timbul
gelombang yang satu sama lain saling berbenturan. Angin terus-menerus
menerpa air sehingga air tersebut berbuih. Buih-buih itu bergulung
sehingga dari gulungan tersebut jadilah karang putih. Karang putih itu
kemudian membukit seperti bukit yang besar. Air menjadi berkurang dan
buih kian membesar dengan kekuasaan Allah sampai besaran yang tak
terhingga dan sekitarnya dikelilingi dengan air; lalu jadilah bumi
seperti bola yang ada di dalam air.”
Wahab bin Munabbih mengatakan, “Tatkala
Allah menciptakan bumi, asalnya adalah satu lapis; kemudian Dia
memisah-misahkan lapisan tersebut hingga tujuh, seperti yang Dia lakukan
terhadap langit. Dia membuat jarak antara lapisan yang satu dengan
lapisan yang lainnya sejauh jarak yang bisa ditempuh selama 500 tahun.
Itulah firman Allah: Kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 30).”
Wahab bin Munabbih juga mengatakan,
“Setelah Allah memisah-misahkan lapisan bumi sampai tujuh, maka nama
lapisan yang pertama adalah Adim (yang terlihat dari permukaan), lapisan yang kedua adalah Basith (yang menghampar), lapisan yang ketiga adalah Tsaqil (yang berat), lapisan keempat adalah Batih (yang melebar), lapisan yang kelima adalah Hayin, lapisan keenam adalah Masikah (yang mengunci), dan lapisan yang ketujuh adalah Tsara (tanah yang basah/liat). Dalam sebagian riwayat yang lain, nama lapisan-lapisan tersebut berbeda-beda.”
Ats-Tsalabi mengatakan, “Bumi lapisan yang kedua mengeluarkan angin dan penduduknya adalah umat yang bernamaThamas yang
makanan mereka adalah daging mereka sendiri, dan minumannya adalah
darah mereka sendiri. Bumi lapisan ketiga penduduknya adalah umat yang
wajah mereka seperti wajah manusia, bibir mereka seperti bibir anjing,
tangan mereka seperti tangan manusia, kaki mereka seperti kaki sapi,
telinga mereka seperti telinga sapi, dan di sekujur tubuh mereka ada
bulu seperti bulu domba. Bulu tersebut adalah pakaian mereka. Konon,
siang di kita (manusia) adalah malamnya mereka dan malam di mereka
adalah siang di kita. Bumi lapisan keempat penduduknya adalah umat yang
bernama Halham yang
tidak mempunyai mata dan kaki, tetapi mereka mempunyai sayap seperti
sayap burung. Bumi lapisan kelima ditempati oleh umat yang bernama Khasyan.
Rupa mereka seperti bagal (peranakan keledai/turunan kuda jantan dengan
keledai betina). Mereka berbuntut panjang, setiap buntutnya mencapai
300 siku. Di lapisan bumi ini terdapat banyak ular yang sangat panjang
dan mempunyai punuk seperti unta. Bumi lapisan keenam ditempati oleh
umat yang bernama Hatsum yang
berbadan hitam dan mempunyai cakar seperti cakar binatang buas. Konon,
umat ini dikuasakan oleh Allah kepada Ya’juj dan Ma’juj ketika mereka
menyerbu manusia dan menghancurkan mereka. Dan di bumi lapisan ketujuh
ada tempat tinggal Iblis yang terlaknat dan bala tentaranya, yaitu setan
yang suka mendorong pada kejahatan.”
Ka’b al-Ahbar mengatakan, “Allah
menciptakan 80.000 umat. Setengahnya disimpan di laut dan setengahnya
lagi disimpan di darat. Bentuk mereka bermacam-macam.”
Dalam salah satu hadits dari Rasulullah
saw diriwayatkan bahwasanya beliau bersabda, “Allah menciptakan kawasan
berwarna putih seperti perak. Ukurannya 30 kali lipat ukuran dunia. Di
sana, tinggal berbagai umat yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah
sedetik pun.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka
termasuk keturunan Adam?” Beliau menjawab, “Tidak ada yang mengetahui
mereka kecuali Allah. Dan mereka tidak memiliki pengetahuan tentang
Adam.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana dengan Iblis terhadap
mereka?” Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui Iblis.” Kemudian
beliau membacakan firman Allah: Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (QS An-Nahl [16]: 8).
Ibnu Abbas ra mengatakan, “Sesungguhnya di
sekeliling dunia ada yang gelap dan di balik yang gelap itu terdapat
gunung-gunung yang kukuh.” Dia meriwayatkan bahwa setelah Allah
menciptakan bumi maka bumi itu berada di angkasa. Kemudian angin
menggerakkannya sehingga bumi itu terpontang-panting dan berguncang.
Lalu bumi mengadukan hal tersebut kepada Tuhannya. Ia berkata, “Wahai
Tuhanku, kekuatanku telah melemah dan angin menganggapku ringan serta
menggerakkanku.” Allah menyerunya, “Aku akan membantumu dengan gunung.”
Maka, setelah itu bumi tidak berguncang lagi.
Wahab bin Munabbih mengatakan, “Gunung diciptakan dari gelombang lautan. Allah berfirman: Dan
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Dia memancarkan darinya mata airnya
dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan teguh. (QS An-Naazi’aat [79]: 30-32). Ayat ini menunjukkan
bahwa Allah telah menciptakan langit jauh beberapa lama sebelum
menciptakan bumi.”
Ats-Tsa’labi mengatakan, “Setelah Allah
menciptakan bumi, Dia mengutus seorang malaikat yang berasal dari bawah
‘Arasy. Malaikat itu muncul dari dasar bumi, ia mengeluarkan salah satu
tangannya dari arah timur dan tangan yang lainnya dari arah barat,
kemudian dia berpegangan pada ujung bumi karena kakinya tidak memiliki
tempat berpijak. Maka, Allah menurunkan seekor banteng dari surga,
namanya Nun, yang mempunyai 40.000 tanduk dan 40.000 penyangga. Dari
satu tanduk ke tanduk yang berikutnya kalau ditempuh dengan jarak
perjalanan memakan waktu sekitar 500 tahun. Oleh karena itu, kaki
malaikat tersebut bisa berpijak dengan seimbang pada banteng itu.
Akan tetapi, kaki-kaki banteng itu tidak
memiliki tempat untuk berpijak. Maka, Allah menurunkan yakut hijau yang
berasal dari surga yang telah dikeraskan selama 500 tahun. Oleh karena
itu, kaki-kaki banteng itu bisa berpijak dengan seimbang di atas yakut
hijau tersebut. Kemudian Allah menciptakan shakhrah (batu) setebal langit dan bumi. Itulah batu yang dikatakan oleh Luqman kepada anaknya: ‘Sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu
atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.’ (QS Luqman [31]: 16).
Nama batu tersebut adalah Shaikhur.
Diriwayatkan bahwa di dalam batu ini terdapat 9.000 lubang. Di dalam
setiap lubang tersebut ada lautan yang luasnya hanya diketahui oleh
Allah. Yakut hijau itu bertempat di atasnya (batu). Tatkala batu itu
tidak memiliki tempat untuk menetap, untuknya Allah menurunkan seekor
ikan yang sangat besar dari laut ketujuh yang berada di bawah ‘Arasy.
Ikan tersebut bernama Bahmut. Menurut riwayat lain, Balhut. Batu itu bertempat di atas pundak ikan tersebut.
Menurut sebuah riwayat, siapa pun tidak
akan mampu melihat ikan tersebut karena kilatan yang timbul dari
matanya. Seandainya semua lautan dunia diletakkan di salah satu dari dua
lubang hidungnya, maka lautan tersebut layaknya biji sawi yang ada di
lapangan yang luas.
Ikan tersebut menetap di atas air. Ia diam
di tempatnya dan tidak bergerak-gerak. Ia berkata, ‘Ya Allah, segala
puji bagi-Mu. Karena-Mu aku kuat, dengan pertolongan-Mu aku
berkemampuan. Seandainya tidak ada pertolongan-Mu, tentu aku tidak
mempunyai kekuatan untuk memikul beban yang telah Engkau berikan
kepadaku. Maka izinkanlah aku, wahai Tuhanku, untuk bersujud sebagai
ungkapan rasa syukurku kepada-Mu atas semua itu.’
Allah mengizinkannya untuk bersujud. Maka,
ikan itu membenamkan kepalanya ke dalam air hingga tidak kelihatan,
kemudian ia memunculkannya dari dalam air. Ikan itu terus-menerus
bersujud setiap hari hingga Hari Kiamat. Selanjutnya di dasar air
tersebut Allah membuat udara. Di bawah udara itu ada kegelapan dan mulai
dari sana pengetahuan makhluk terputus.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa
Allah mempercayakan ikan tersebut kepada para malaikat. Mereka
mendatanginya setiap hari dengan membawa makanan untuknya sebanyak yang
membuatnya kenyang. Mereka datang kepadanya dari laut yang bergelombang
dengan membawa seribu ikan. Setiap ikan panjangnya seukuran menempuh
perjalanan satu hari satu malam. Adapun benteng oleh Allah dipercayakan
kepada malaikat yang membawa makanannya setiap hari 1000 pepohonan dari
kebun-kebun qudrah (kekuasaan
Allah). Setiap pohon panjangnya seukuran dengan menempuh perjalanan
sehari semalam. Mahasuci Zat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa
Iblis terlaknat senantiasa membenam ke bumi lapisan ketujuh hingga
sampai kepada ikan yang bernama Bahmut itu. Dia datang kepadanya dan
berkata, ‘Hai Bahmut, sesungguhnya banteng berkata kepadamu bahwa ia
adalah yang memikul batu yang di atasnya ada bumi yang berlapis-lapis,
sedangkan engkau tidak memikul beban yang sebanding dengan beban yang
dipikulnya. Seandainya engkau dibebani untuk memikulnya, tentu engkau
tidak akan kuat walaupun engkau adalah yang memikulnya dan memikul batu
itu. Padahal seandainya banteng dibebankan untuk memikulnya tentu dia
tidak akan kuat.’
Maka, ikan (Bahmut) tersebut merasa takjub
terhadap dirinya dan kekuatannya. Si Iblis terkutuk menyangka bahwa dia
telah berhasil menggoda si ikan sehingga dia akan merusak apa yang ada
di atasnya. Memang sang ikan kemudian berguncang-guncang di bawah
kaki-kaki banteng, tetapi kemudian Allah mengutus satu binatang kecil
berukuran sebesar negngat yang bernama Amah untuk menguasainya. Allah
menempatkan binatang tersebut di antara dua mata ikan. Binatang tersebut
membuat lubang yang menuju ke arah otak ikan hingga sampai ke tulang
otaknya. Oleh karena itu, ikan itu takluk dan diam di tempatnya, tidak
bergerak dan diam merasakan kepedihan yang ditimbulkan oleh si binatang
kecil.
Melihat itu, si Iblis terkutuk datang
kepada banteng, kemudian dia menggodanya, sebagaimana dia telah menggoda
ikan. Karena tergoda, banteng itu berguncang-guncang, seperti ikan.
Maka, kepada banteng tersebut, Allah menguasakan seekor binatang kecil
dan menempatkannya di lubang hidungnya. Oleh karena itu, banteng
tersebut takluk dan diam, seperti ikan. Tipu muslihat untuk menimbulkan
kerusakan yang direncanakan oleh si Iblis terkutuk tidak berhasil.”
Demikian diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi.
Ibnu Abbas ra mengatakan bahwa Rasulullah
saw bersabda, “Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu, menciptakan
gunung pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin,
menciptakan krom (elemen logam) pada hari Selasa, menciptakan gelap dan
cahaya pada hari Rabu, menciptakan binatang pada hari Kamis, menciptakan
Adam as pada hari Jumat.”
Para ulama berbeda pendapat tentang hari
pertama Allah menciptakan para makhluk. Dalam hal ini ada tiga pendapat
yang berbeda. Menurut Ibn Ishaq, hari Sabtu. Menurut Ka’ab al-Ahbar,
hari Ahad, sementara menurut Ahli Injil, hari Senin. Nabi saw sendiri
mengatakan, “Pada hari Jumat, Allah menciptakan matahari, bulan,
bintang, dan para malaikat hingga lewat tiga jam (masa) dari hari Jumat.
Dia menciptakan Adam as di akhir hari Jumat dan menurunkannya dari
surga menjelang matahari terbenam di hari Jumat.”
Wahab bin Munabbih mengatakan, “Hari
tersebut disebut hari Jumat karena tanah cikal bakal Adam as dikumpulkan
pada hari tersebut. Oleh karena itu, disebut Jumat.”
Hudzaifah al-Yamani mengatakan,
“Diriwayatkan dalam salah satu kabar bahwa jarak dunia kalau ditempuh
dengan perjalanan adalah sejauh menempuh perjalanan 500 tahun: jarak 300
tahun adalah lautan dan gunung, 100 tahun adalah wilayah kehidupan, dan
100 tahun yang lainnya adalah lahan kosong.”
Sebagian ulama astronomi berpendapat bahwa jihah (arah)
itu ada enam. Pertama, timur, yaitu tempat terbitnya matahari, bulan,
dan bintang. Kedua, barat, yaitu tempat terbenam. Ketiga, selatan, yaitu
tempat beredarnya bintang Capricornus. Di sana itu sangat dingin.
Keempat, utara, yaitu tempat beredarnya bintang Canopus. Kelima, bawah,
yaitu yang mendekati pusat bumi. Dan keenam adalah atas, yaitu yang
mendekati falak.
Ibnu Abbas ra mengatakan, “Setelah Allah
menyempurnakan penciptaan langit dan bumi dengan sifatnya yang telah
diceritakan dalam pembahasan terdahulu, gunung-gunung telah ditancapkan,
angin telah dilepaskan, di bumi telah ada binatang-binatang liar dan
bermacam-macam burung, maka buah-buahan mengering dan berjatuhan ke bumi
dan di bumi tumbuh rerumputan yang satu sama lain saling tumpang
tindih. Pada saat itu, bumi mengadukan persoalan tersebut kepada
Tuhannya. Atas pengaduan itu, Allah menciptakan umat yang beraneka ragam
dan berlainan jenis, yang diberi nama Jin.
Mereka diciptakan oleh Allah dari angin,
kilat, dan awan. Mereka memiliki jiwa dan aktivitas. Lalu mereka
bertebaran seperti debu halus karena jumlah mereka yang sangat banyak.
Tanah datar, pegunungan, dan berbagai pelosok dunia telah dipenuhi oleh
mereka. Mereka menempati permukaan bumi dalam jangka waktu yang
dikehendaki oleh Allah. Di antara mereka ada yang putih, hitam, merah,
kuning, bercak-bercak, totol-totol, tuli, buta, menawan, jelek, kuat,
lemah, perempua, dan laki-laki. Satu sama lain kawin dan melahirkan
keturunan. Mereka disebut Jin karena mereka samar, tidak kelihatan.
Setelah mereka menyesaki bumi dan dunia
kian menyempit karena mereka terus bertambah, bertambah pula bencana
karena mereka, maka Allah mengirimkan angin topan kepada mereka. Angin
tersebut membinasakan mereka. Hanya sedikit dari mereka yang tersisa.
Mereka adalah yang pertama kali membuat rumah, membelah batu, memburu
burung, dan binatang liar. Semua itu terus-menerus mereka lakukan dalam
waktu yang lama. Kemudian satu sama lain di antara mereka saling berlaku
aniaya: akibatnya, mereka saling berperang. Akan tetapi, perangnya
bukan menggunakan senjata. Sebagian di antara mereka melenyapkan
sebagian yang lain dengan memblokade rumah-rumah sehingga mereka yang
terkepung binasa karena lapar dan haus.
Setelah tindakan perusakan yang dilakukan
mereka kian memuncak, maka Allah mengirimkan umat yang berasal dari laut
kepada mereka yang jasad-jasadnya lebih besar daripada mereka dan
bentuknya lebih menakjubkan, yang disebut dengan Bin. Umat tersebut
menyerbu mereka sehingga kaum Jin binasa, tidak satu pun yang tersisa.
Jin tinggal di bumi kurang lebih 500
tahun. Setelah itu, bumi dikuasai oleh Bin. Mereka menikah satu sama
lain, melahirkan keturunan dan berkembang biak semakin banyak sehingga
bumi kian penuh. Sebagian di antara mereka suka membenam ke bumi lapis
ketujuh dan menetap di sana untuk beberapa hari. Bagi mereka tidak ada
tempat yang terhalang. Mereka adalah yang pertama kali menggali sumur,
membuat sungai, dan mengalirkan air dari sumber-sumbernya dan dari laut.
Mereka adalah yang pertama kali membuat mesin/roda, membangun jembatan
di atas air, menangkapi ikan di lautan, dan memburu binatang-binatang
liar di wilayah yang tidak berpenduduk.
Oleh karena itu, semua binatang, baik di
daratan maupun di lautan, mengadukan urusan tersebut kepada Allah dan
kerusakan yang disebabkan oleh mereka kian bertambah. Maka, Allah
menciptakan Jan.”
Ibnu Abbas ra mengatakan, “Allah
menciptakan Jan dari nyala api…” Beliau juga mengatakan bahwa Jan adalah
golongan Jin laki-laki. Mereka memiliki jenis yang beraneka ragam. Di
antara mereka ada yang disebut dengan Nahabir; ada juga yang disebut
Nahamir. Umat ini layaknya seperti manusia, suka makan, minum, dan
berketurunan. Di antara mereka ada yang Mu’min dan ada juga yang kafir.
Dan nenek moyang mereka adalah Iblis yang dikutuk oleh Allah.
Diriwayatkan bahwa Allah menjadikan
malaikat sebagai penghuni langit dan menjadikan Jan sebagai penghuni
bumi. Setelah binatang liar dan burung mengadukan perbuatan Jin dan Bin,
Allah menciptakan Jan, sebagaimana telah diceritakan. Setelah Allah
menciptakan Jan, maka Dia menempatkan mereka di bumi. Setelah tinggal di
bumi, mereka berperang dengan Bin. Jan terlalu kuat bagi Bin hingga
mereka mampu menghancurkan Bin sampai tidak ada satu pun yang tersisa.
Tinggallah Jan di bumi. Mereka menikah satu sama lain dan melahirkan
keturunan sampai bumi ini penuh.
Selanjutnya, di antara mereka timbul
kedengkian dan aniaya. Di antara mereka banyak terjadi pertumpahan
darah. Sebagian dari mereka mengganggu sebagian lainnya. Atas kejadian
ini, bumi mengadu kepada Tuhannya. Maka, ketika itu, kepada mereka Allah
mengutus bala tentara malaikat. Dalam rombongan tersebut ada Iblis yang
dahulunya bernama ‘Azazil. Dahulunya dia merupakan ketua malaikat. Dia
bersama rombongannya mengusir Jan dari bumi. Akibatnya mereka mengungsi
ke gunung-gunung dan tinggal di sana dan Iblis merampas bumi dari
mereka.
Pada awalnya, si Iblis ini menyembah
kepada Allah, baik di bumi maupun di langit. Akan tetapi, kemudian dia
ujub dengan dirinya dan dia terasuki ketakaburan (merasa besar). Dalam
keadaan demikian, Allah melihat apa yang ada di dalam hatinya, maka Zat
Yang Mahaagung berfirman: Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 30).
Pernyataan para malaikat, “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah…”, maksudnya seperti
makhluk-makhluk yang diceritakan terdahulu, yaitu Jin dan Bin. Sebab,
mereka telah melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.
(Sumber:
Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas, “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh
Sepanjang Zaman” (diterjemahkan oleh Abdul Halim), Bandung: Pustaka
Hidayah, Cet. I, Oktober 2002, hal. 13-72)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar