Sistem Saluran Atlantis
Mengenai sistem saluran air didalam dataran, Plato menjelaskan bahwa ada
empat jenis saluran: saluran keliling, saluran pedalaman, sodetan dan
saluran irigasi. Saluran keliling adalah saluran buatan, dalamnya 100
kaki (sekitar 30 meter), lebarnya 1 stadium (sekitar 185 meter),
panjangnya 10.000 stadia (sekitar 1.850 kilometer), melingkari seluruh
dataran, menerima aliran air dari pegunungan, berkelok-kelok di sekitar
dataran, bertemu di kota dan bermuara ke laut. Saluran pedalaman adalah
lurus, lebarnya 100 kaki (sekitar 30 meter), intervalnya 100 stadia
(sekitar 18,5 kilometer), bermuara kedalam saluran keliling dan sebagai
sarana untuk mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal. Sodetan
digali dari satu kanal pedalaman ke yang lainnya. Saluran irigasi
menyadap dari saluran yang lain dimaksudkan untuk mengairi lahan di
musim panas (musim kemarau) sementara di musim dingin (musim hujan)
mendapatkan air dari hujan. Deskripsi ini persis cocok dengan kondisi
sistem saluran air saat ini.
Saluran keliling adalah saluran buatan, dalamnya sekitar 30 meter dan
lebarnya sekitar 185 meter – Salah satu sungai sebagai saluran keliling
adalah Sungai Barito dan mungkin Sungai Negara yang terletak di sisi
timur dataran. Karena "saluran" ini memiliki jarak terdekat dengan
ibukota, orang Mesir rupanya melaluinya seperti yang dilaporkan. Sungai
Barito merupakan sungai yang terbesar dan terpanjang di Kalimantan
Selatan, panjangnya sekitar 1.000 kilometer, lebarnya 600 – 800 meter
dan dalamnya rata-rata 8 meter. Banjir dan sedimentasi sungai di dataran
yang sangat datar selama 11.600 tahun terakhir telah mengubah rezim
sungai, tetapi dengan menghitung kapasitas penyaluran airnya (luas
penampang × kecepatan aliran, dengan asumsi kecepatan aliran yang sama
karena kemiringan energi gravitasi yang sama), luas penampang aliran
(lebar × kedalaman) seperti yang dijelaskan oleh Plato adalah sekitar
185 × 30 = 5.550 meter persegi, sementara luas penampang aliran saat ini
adalah luar biasa cocok, 700 (rata-rata) × 8 = 5.600 meter persegi.
Panjang saluran keliling adalah 1.850 kilometer, berliku di sekitar
dataran, bertemu di kota dan bermuara ke laut – Mengukur panjang di peta
tapi mengingat faktor liku dari topografi, menghasilkan panjang yang
hampir tepat sama seperti yang diterangkan oleh Plato, yaitu 1.850
kilometer. Sementara itu, dengan menghitung bentuk persegi dan lonjong
dataran, yang panjangnya 555 kilometer dan lebarnya 370 kilometer,
diperoleh panjang kelilingnya 1.656 kilometer, juga secara logis benar
jika faktor liku tidak diperhitungkan. Jadi jelas bahwa Plato tidak
bohong.
Saluran keliling mendapatkan aliran dari pegunungan – Hal ini adalah
cocok karena sungai-sungai saat ini yang berada didalam dataran berasal
dari Pegunungan Muller-Schwaner dan Pegunungan Meratus.
Saluran pedalaman adalah lurus, lebarnya sekitar 30 meter, intervalnya
sekitar 18,5 kilometer dan bermuara kedalam saluran keliling –
Sungai-sungai yang saat ini merupakan saluran pedalaman adalah Sungai
Kapuas, Murung, Kahayan, Barito Hulu, Mangkatip dan mungkin Sebangau.
Rezim sungai ini pasti telah berubah selama 11.600 tahun terakhir karena
adanya proses banjir, sedimentasi, perpindahan sungai dan meandering
di dataran yang sangat datar. Pertukaran orde dan aliran diantara
sungai-sungai juga mungkin terjadi. Namun, secara umum kelurusan dan
orientasi sungai masih dapat dilihat hingga saat ini, yaitu sejajar satu
sama lain dan berarah utara-selatan, dan dalam hal yang sama seperti
Sungai Barito, lebarnya telah berubah. Jarak rata-rata sungai ini adalah
sekitar 20 kilometer, juga dapat dianggap mendekati apa yang dikatakan
oleh Plato yaitu sekitar 18,5 kilometer.
Kanal pedalaman digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi
menggunakan kapal – Kebiasaan ini masih ada hingga saat ini. Sungai
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari
masyarakat di wilayah ini. Sebagian besar sungai-sungai di Kalimantan
bagian selatan adalah sebagai sarana transportasi. Perahu tradisional
yang secara lokal dikenal sebagai "jukung" memiliki banyak jenis dan
bentuk. Sungai-sungai ini dan semua anak sungainya adalah jaringan
sistem transportasi dan menjadi sarana yang sangat penting bagi
masyarakat karena setiap wilayah dapat diakses oleh sungai. Sejak zaman
dulu, jaringan sungai mendukung kegiatan ekonomi dan sosial penduduk
Kalimantan bagian selatan. Selain itu, jaringan sungai telah menjadi
darah kehidupan ekonomi penduduk karena sebagian besar kegiatan ekonomi
mereka dilakukan melalui dan di sungai. Komunikasi antar daerah di
pedalaman, kota-kota dan pelabuhan khususnya juga dilakukan melalui
sungai. Sungai-sungai menjadi andalan untuk kelancaran distribusi barang
dan orang dari hulu ke hilir dan sebaliknya. Berbagai jenis hasil
hutan, pertambangan dan hasil bumi pertanian yang melimpah di daerah
pedalaman seperti kayu, karet, getah perca, rotan, damar, jelutung,
lilin, batubara, emas, merica, sarang burung, bahan tenun, ikan kering
atau asin, dendeng rusa, buah-buahan dan banyak lainnya diangkut ke
tempat pengumpulan atau pelabuhan melalui jaringan sungai. Sebaliknya,
berbagai kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, garam, tepung,
jagung, minyak goreng, tembakau, gambir, tembikar, peralatan rumah
tangga, kawat tembaga, kain dan sebagainya juga diangkut dari pelabuhan
ke berbagai daerah di pedalaman melalui jaringan sungai.
Sodetan digali dari satu saluran pedalaman ke yang lainnya – Hal ini
adalah sama persis dengan kondisi saat ini. Seperti terlihat pada peta,
berbagai sodetan terdapat di wilayah tersebut, beberapa telah dibangun
atau direhabilitasi belakangan. Sodetan ini dikenal secara lokal dengan
nama "anjir", yaitu suatu saluran yang menghubungkan dua sungai sebagai
bagian dari jaringan transportasi. Saluran ini juga digunakan sebagai
saluran irigasi rawa pasang surut yang berfungsi untuk memasok air ke
dan menguras dari lahan pertanian.
Saluran irigasi menyadap dari saluran yang lain dimaksudkan untuk
mengairi lahan di musim panas (musim kemarau) sementara di musim dingin
(musim hujan) mendapatkan air dari hujan menghasilkan dua kali panen
dalam setahun – Hal ini juga sama persis dengan kondisi saat ini. Sistem
irigasi rawa pasang surut di Kalimantan bagian selatan secara
tradisional dikenal sebagai "Sistem Anjir " dimana saluran utama yang
disebut "anjir" atau "antasan" dibangun menghubungkan dua sungai pasang
surut, juga digunakan sebagai tujuan navigasi. Saluran irigasi dibangun
untuk mengairi dan menguras lahan pertanian dari dan kedalam “anjir”,
yaitu saluran sekunder yang disebut "handil" atau "tatah" dan saluran
tersier yang disebut "saka". Selama air surut, saluran-saluran tersebut
menguras air beracun sementara pada saat pasang air tawar mengalir masuk
kedalam lahan. Sistem ini menghasilkan dua kali tanam padi dalam
setahun. Sistem ini juga digunakan untuk menanam tanaman lainnya atau
untuk budidaya perikanan. Kalimantan bagian selatan saat ini merupakan
eksportir beras ke daerah lain.
Penulis menyimpulkan bahwa sistem saluran yang dikatakan oleh Plato
ternyata adalah jaringan transportasi sungai dan sistem irigasi “anjir”
di wilayah Kalimantan bagian selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar