Tugu Batas
Menurut teks Plato, Atlantis terletak tidak jauh dari tugu batas yang
menyerupai Pilar Herkules oleh orang Yunani. Selama berabad-abad, lokasi
Pilar Herkules diperdebatkan oleh banyak orang. Pilar tersebut pada
umumnya diasumsikan sebagai bukit batu di Selat Gibraltar di Eropa dan
Gunung Acha dekat Ceuta atau Jebel Musain, yang terletak di sebelah
barat Ceuta di Maroko. Yang lain lebih memilih untuk menganggapnya
sebagai sepasang pilar yang terletak diluar kuil.
Penulis klasik sering merujuk pilar tersebut tanpa secara spesifik
menyebutkan lokasinya. Pilar tersebut, pada jaman dulu, diidentifikasi
dengan Selat Sisilia, namun semenjak Erastosthenes (ca 250 SM)
dipindahkan ke sekitar Selat Gibraltar, yang mencerminkan perluasan
pengetahuan maritim Yunani. Selain itu, penyair Pindar dalam Third Nemean Ode menyebutkan pilar tersebut sebagai metafora batas pengetahuan geografis masyarakat Yunani, batas-batas yang tidak pernah statis.
Didalam dialognya, Plato tidak menyebut Pilar Herkules adalah
bukit-bukit di sekitar Selat Gibraltar; yang terakhir ini baru dikenal
belakangan. Selain itu, pendeta Mesir juga menyebut penanda batas
tersebut “seperti Pilar Herkules”, jadi yang dimaksud bukan pilar yang
dikenal oleh orang Athena tersebut. Selain itu, Plato tidak menyebutnya
sebagai “pilar” tetapi adalah “tugu” (Yunani stêlas) yang berada di perbatasan.
Herkules adalah identik dengan Batara Kala karena keduanya memiliki
sifat yang mirip. Batara Kala dan Herkules masing-masing adalah anak
dewa tertinggi, baik Batara Guru atau Zeus. Kelahiran mereka adalah
tidak senonoh; Kala lahir dari nafsu Batara Guru yang tidak terkendali
pada Dewi Uma sementara Herkules adalah dari rayuan Zeus terhadap
Alcmene. Batara Kala dan Herkules keduanya memiliki nafsu yang tak
terpuaskan, dan sifat yang sangat kasar, brutal dan keras di sepanjang
hidup mereka. Rupanya, Solon menterjemahkan “Kala” menjadi “Herkules”.
Penulis menghipotesiskan Pilar Herkules sebagai tugu batas yang dihiasi
dengan wajah Kala, seperti yang banyak sekali terdapat di Jawa dan Bali.
Kemudian penulis menemukan sebuah bab yang menarik disini.
Terumbu Karang
Dalam Timaeus Bagian 25d: "Karena suatu alasan, laut di
bagian tersebut tidak dapat dilalui dan ditembus, karena ada sebuah
gundukan lumpur di tempat itu; dan ini disebabkan oleh tenggelamnya
pulau."
"Sebuah gundukan lumpur" adalah terjemahan yang dikenal oleh umum dari
frase Yunani Kuno "πηλου καρτα βραχεος" yang ditulis oleh Plato. "Καρτα
βραχεος" adalah bukan tata bahasa yang baik dan tidak ditemukan dalam
naskah apapun; "Πηλος" adalah maskulin dan merupakan anteseden kata
ganti relatif; "κατα βραχεος", seharusnya, adalah adverbial. Arti
harfiahnya: πηλου adalah "tanah liat" atau "lumpur", καρτα adalah
"sangat" dan βραχεος adalah "gundukan" atau "karang". Terjemahan
alternatif lainnya adalah “terdapat tanah liat dalam jumlah besar dan
kedalaman dangkal” (Rodolfo Lopes, 2011).
Penulis menterjemahkan πηλου καρτα βραχεος menjadi "terumbu karang"
dengan alasan bahwa formasi laut tersebut langka di Mediterania sehingga
orang-orang Yunani dan Mesir tidak memiliki istilah untuknya.
Mediterania tidak lagi menjadi tempat tumbuhnya terumbu karang besar
yang berkembang 60 juta tahun yang lalu. Hal ini disebabkan oleh
perubahan iklim dan oseanografi selama ribuan tahun. Kini, hanya
terdapat sedikit sekali spesies kolonianthozoan yang memiliki
kapasitas untuk membentuk terumbu karang. Pada tahun 2010, kapal
eksplorasi Nautilus telah menemukan untuk pertama kalinya daerah terumbu
karang laut dalam di Mediterania, di lepas pantai Israel. Daerah ini
membentang beberapa kilometer, 700 meter dibawah permukaan 30 – 40 km
dari pantai.
Dalam catatan Plato, benteng Atlantis adalah tidak dapat dilewati dan
ditembus pada masanya Solon (sekitar 600 SM) karena tumbuh terumbu
karang yang disebabkan oleh kenaikan permukaan laut selama Zaman Es (“tenggelamnya pulau”).
Kondisi sekarang pada lokasi yang dihipotesiskan oleh penulis adalah
bahwa ada terumbu karang yang diidentifikasi oleh para pelaut sebagai
Gosong Gia atau Annie Florence Reef, sebuah terumbu karang yang
digambarkan berukuran kecil dan muncul ke permukaan pada saat laut
surut.
Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang beragam terdiri dari
struktur kalsium karbonat yang terbentuk oleh sekumpulan karang. Terumbu
karang dibangun oleh koloni hewan kecil yang ditemukan di perairan laut
yang mengandung nutrisi. Kebanyakan terumbu karang terbentuk dari
karang yang dihasilkan oleh polip yang mengelompok. Polip tersebut
termasuk kedalam golongan binatang yang dikenal sebagai Cnidaria,
yang juga termasuk anemon laut dan ubur-ubur. Tidak seperti anemon
laut, polip karang mensekresikan kulit luar karbonat keras yang
melindunginya. Karang dapat tumbuh paling cepat di perairan hangat,
dangkal, jernih, terang dan tidak tenang.
Terumbu karang mulai terbentuk ketika larva karang berenang bebas
kemudian menempel pada batu atau permukaan keras lainnya yang terendam
di sepanjang tepi pulau atau benua. Tingkat pertumbuhannya adalah 0,3 – 2
sentimeter per tahun untuk karang besar, dan hingga 10 sentimeter per
tahun untuk karang bercabang, sehingga dapat memakan waktu sampai 10.000
tahun untuk membentuk sebuah terumbu karang dari sekelompok larva
(Barnes, 1987 sebagaimana dikutip oleh NOAA).
Benteng Atlantis terdiri dari permukaan keras sehingga terumbu karang
mulai terbentuk setelah terendam, tumbuh dan mengembang seperti yang
biasa ditemukan pada kedalaman dangkal di perairan tropis. Eksplorasi
bawah laut tidak akan menemukan benteng tersebut kecuali dilakukan
penyelidikan dibawah terumbu karang.
Laju kenaikan air laut pada Zaman Es Terakhir adalah rata-rata 0,6
sentimeter per tahun. Karena air laut pada lokasi yang dihipotesiskan
penulis adalah hangat, tingkat pertumbuhan terumbu karang adalah lebih
tinggi dari laju kenaikan air laut. Dengan demikian, laju pertumbuhan
vertikal terumbu karang di lokasi tersebut adalah berbarengan dengan
kenaikan air lautnya.
Orichalcum
Plato menyebutkan bahwa orichalcum adalah bahan mineral yang
terdapat di Atlantis, tidak dikenal oleh masyarakat Yunani, lebih
berharga pada masa itu dari apa pun kecuali emas, dan digali dari bumi
di banyak bagian pulau. Dinding yang mengelilingi Candi Poseidon dan
Cleito ditutupi dan "gemerlap" dengan "cahaya merah" dari orichalcum.
Orichalcum yang dimaksud oleh Plato kemungkinan adalah zirkon
karena mineral ini dapat "digali dari bumi di banyak bagian pulau" atau
berlimpah di Kalimantan bagian selatan dimana dataran Atlantis
dihipotesiskan. Bahan ini sungguh nilainya kedua setelah emas; memiliki
kualitas seperti batu permata dan dikenal sebagai tiruan berlian. Bijih
zirkon memerlukan proses ekstraksi, pemurnian dan pemanasan (banyak
batubara disana) untuk menjadikan produk zircon yang berwarna-warni.
Dalam "lebih berharga pada masa itu dari apa pun kecuali emas", Plato membandingkan orichalcum dengan emas. "Zirkon" adalah berasal dari Bahasa Persia zargun,
yang berarti "berwarna emas", kemudian berubah menjadi "jargoon",
dimaksudkan sebagai zircon yang berwarna muda yang kemudian diadaptasi
oleh Jerman menjadi Zirkon. Diduga, Plato atau Solon menerjemahkan zargun, material yang berwarna emas menjadi orichalcum karena tidak ada kata tersebut dalam bahasa Yunani Kuno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar